Ahlan Wa Sahlan

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu,
Ahlan wa sahlan, selamat datang di blog Toko Buku An-Naajiyah. Kunjungi toko kami di jln. Bangka Raya no D3-4, Perumnas 3 Bekasi. Dapatkan discount-discountnya. Atau dapat dipesan dengan mengontak kami di +6281219112152, +622170736246, E-mail gwsantri@gmail.com, maka barang akan dikirim ketempat tujuan setelah dikurangi discount dan ditambahkan ongkos kirim yang ditanggung oleh si pemesan. Kunjungi juga toko online kami di www.tb-an-naajiyah.dinomarket.com.

Pembayaran:
1. Bank Syariah Mandiri cabang Bekasi, no 7000739248, kode ATM Bersama 451, a.n Gusti Wijaya Santri.
2. Bank Muamalat cabang Kalimas Bekasi, no 0218913136, kode ATM Bersama 147, a.n Gusti Wijaya Santri

Pengiriman pesanan menggunakan JNE/Pos Indonesia/Indah Cargo/Pahala Kencana/jasa pengiriman yang disepakati.

Semoga kehadiran toko dan blog ini dapat memberikan manfa'at untuk Saya khususnya dan semua pengunjung pada umumnya.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuhu

Banner

Rabu, 09 Februari 2011

NASEHAT UNTUK PARA PEKERJA

Hits:

Oleh al-'Allamah Syaikh 'Abdul  Muhsin al-'Abbad*
 
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, shalawat dan salam  yang sempurna bagi pemimpin para rasul, imam orang2 bertakwa, nabi kita  Muhammad shalallahu alaihi wasallam, juga para shahabatnya dan orang2  yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat.
Amma ba'd, risalah ini merupakan nasehat bagi para pekerja dan pegawai dalam menunaikan pekerjaan yang ditetapkan pada mereka.  Diharapkan risalah ini dapat memberi manfaat dan menolong para pekerja  dalam mengikhlaskan niat, semangat dalam bekerja, dan mengerjakan  kewajibannya. Dan aku memohon taufik kepada Allah.

Ayat-ayat Seputar Kewajiban Menunaikan Amanat
Diantara ayat-ayat yang memerintahkan untuk menunaikan amanat  dan larangan berkhianat adalah firman Allah:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat  kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara  manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah  memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu, Sesunguhnya Allah  Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An Nisaa:58)"
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya: Allah Ta'ala menjelaskan bahwa Dia  memerintahkan untuk menunaikan menyampaikan amanat kepada yang berhak  menerimanya. Dari hadits Al Hasan dari Samurah bahwasannya Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Sampaikan amanat kepada yang memberikannya kepadamu dan jangan khianati yang mengkhianatimu"riwayat Imam Ahmad dan ahli sunan.
Dalil ini mencakup seluruh  amanat yang wajib ditunaikan setiap orang, yaitu hak2 Allah 'Azza wa  Jalla pada hambanya berupa shalat, zakat, puasa, kafarat, nadzar, dan  lainnya yang diamanatkan padanya tidak datang amanat ini kepada seorang  hamba.
Termasuk juga hak-hak sesama  manusia seperti titipan dan lainnya yang diamanatkan padanya tanpa  melihat niatannya tersebut. Maka Allah 'Azza wa Jalla memerintahkan  untuk menunaikannya. Siapa yang tidak menunaikannya di dunia, dia akan  diazab di hari kiamat.
Allah berfirman: "Wahai orang-orang beriman, jangan kalian  mengkhianati Allah dan RasulNya serta mengkhianati amanah kalian,  padahal kalian mengetahuinya".  Berkata Ibnu Katsir: "Khianat disini mencakup semua dosa, baik dosa  kecil maupun dosa besar, lazim ataupun muta'addi. Berkata Ali bin Abi  Thalhah: "jangan mengkhianati amanah kalian", amanah yang dimaksud adalah amalan2 yang  diamanatkan Allah pada hambaNya berupa kewajiban fardhu.
Dia berkata: "jangan mengkhianati"artinya jangan membatalkan amanat.
Dalam riwayat lain dia berkata: "jangan mengkhianati Allah dan  RasulNya"yakni dengan  meninggalkan sunnahnya dan mengerjakan maksiat."
Allah berfirman: "Kami tawarkan amanat kepada langit, bumi, dan  gunung2, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka  khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu pada manusia.  Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh". (Al Ahzab 72)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah setelah mengungkapkan pendapat para ahli tafsir tentang tafsir amanat,  yaitu makna diantaranya adalah ketaatan, kewajiban2, agama, dan hudud.  Maka dia berkata: Semua pendapat ini tidak saling bertolak belakang,  bahkan saling mendukung. Yaitu maknanya kembali pada beban taklif,  ketundukkan, perintah dan larangan beserta syarat2nya. Maka siapa yang  melaksanakannya mendapat pahala, adapun yang meninggalkan akan disiksa.  Maka amanah tersebut dipikul oleh manusia padahal mereka lemah, bodoh,  dan zhalim – kecuali orang2 yang menjalankan perintah Allah.
Allah berfirman: "Dan orang2 yang memelihara amanat2 (yang  dipikulnya) dan janjinya." (al  Ma'arij:32).
Berkata Ibnu Katsir  rahimahullah, "Jika diberi amanat dia tidak mengkhianati, jika dia  berjanji maka tidak mengingkari. Ini adalah sifatnya kaum mukminin.  Berbeda dengan kaum munafik sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang  shahih:
Ciri orang munafik ada tiga: "Jika berbicara dia berdusta, jika  berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya (amanat) dia berkhianat". Dalam riwayat lain: "Jika  berbicara dia berdusta, jika berjanji dia meninggalkan, jika berselisih  dia berbuat jahat,".
Cukup banyak hadits2 rasul  shalallahu 'alaihi wa sallam yang berbicara seputar menunaikan amanat  dan ancaman meninggalkannya, diantaranya:
1. Dari Abu Hurairah dia  berkata: "Tatkala kami dalam suatu majelis mendengarkan Nabi berbicara  bersama satu kaum, datang seorang arab badui. Dia berkata: "Kapan  terjadinya kiamat". Maka Rasulullah teus berbicara dengan kaum itu  sampai sebagian mereka berkata: Nabi mendengar pertanyaannya, tapi  membenci pertanyaan tersebut. Berkata yang lain: Bahkan Nabi belum  dengar pertanyaannya. Sampai ketika beliau selesai bicara dengan mereka, dia berkata, "Siapa yang bertanya tentang hari kiamat?". Dijawab, "saya ya Rasulullah". Nabi berkata, "Jika amanat ditinggalkan, maka tunggulah waktunya kiamat". Dia bertanya, "Bagaimana amanat ditinggalkan?" Nabi  berkata, "Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka  tunggulah waktunya kiamat". (HR. Bukhari:59)
2. Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda, "Sampaikan amanat kepada yang memberikannya kepadamu dan jangan khianati yang  mengkhianatimu"(HR. Abu Daud:  3535, Tirmidzi: 1264, dia berkata, "Hadits Hasan Gharib", lih. Silsilah  Shahihah Al Albany:424)
3. Dari Anas dia berkata,  Rasulullah bersabda, "Pertama kali yang hilang dari agama kalian adalah  amanat dan yang terakhir adalah Shalat". (HR. Al Kharaithi dalam  Makarimul Akhlaq:28, lih. Silsilah Shahihah Al Albany:1739)
4. Dari Abu Hurairah dari Nabi berkata, "Ciri orang munafik ada tiga: "Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika  dipercaya (amanat) dia berkhianat". (HR. Bukhari: 33, Muslim: 107).

Pegawai yang mengerjakan Tugasnya dengan Sungguh2 dan Ikhlas Mendapat Ganjaran di Dunia dan  Akherat
Jika seorang pegawai menunaikan  tugasnya sungguh2 dalam rangka mengharap pahala Allah, terlepaslah  ikatan kewajibannya dan berhak atas pahala dari pekerjaannya di dunia  dan akherat. Hal ini berdasarkan dalil2 yang menunjukkan pahala dan  ganjaran yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dikerjakan dengan  perhitungan dan mengharap wajah Allah. Allah berfirman:
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan2 mereka,  kecuali bisikan2 dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,  atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan  siapa yang berbuat demikian karena mencari keredaan Allah, maka kelak  Kami memberikan kepadanya pahala yang besar". (An Nisaa':114)
Diriwayatkan dalam Al Bukhari (55) dan Muslim (1002) dari Abi Mas'ud bahwa  Rasulullah bersabda, "Jika seseorang menginfakkan hasil  kerjanya kepada keluarganya maka hal itu merupakan sedekah".
Beliau juga berkata kepada Saad bin Abi Waqash, "Tidaklah kamu  infakkan nafkah dalm rangka mengharap wajah Allah kecuali akan diberi  pahala sekalipun hanya suapan yang kamu suapkan ke istrimu" (HR Bukhari (5354), Muslim (1628)).
Dalil-dalil ini menunjukkan  bahwa seorang muslim mendapat pahala jika melaksanakan kewajibannya  semata-mata mengharap wajah Allah.

Menjaga Waktu Khusus  untuk Bekerja Demi Lancarnya Pekerjaan
Wajib bagi setiap pekerja dan  pegawai menyibukkan diri pada waktu kerja khusus pada pekerjaannya, maka tidak boleh melaksanakan urusan lain yang tidak berkaitan dengan  kewajibannya. Tidak boleh pula menghabiskan waktu dalam urusan  pribadinya atau urusan kawannya jika tidak ada hubungan dengan  pekerjaannya. Hal ini karena waktu kerja itu bukan milik pegawai atau  pekerja, tetapi untuk menyelesaikan tugas yang memang digaji untuk itu.
Syaikh Al Ma'mar bin Ali Al  Baghdadi (wafat tahun 507 H) pernah memberi nasehat tentang aturan  Kementerian Kerajaan:
"Wahai pemimpin Islam! Seorang  kepala pemerintahan itu dipilih untuk suatu tujuan dan sebagai utusan.  Maka jika mereka mau akan dipilih, jika tidak maka dipecat. Maka siapa  yang dipilih sebagai kepala pemerintahan dia tidak boleh memilih tujuan  dan untuk apa dia diutus. Karena dia adalah pemimpin yang sesungguhnya  digaji, maka waktunya telah dibeli dan diapun menikmati gajinya. Maka  tidak ada waktu siangnya yang bebas digunakan sekehendaknya sekalipun  untuk shalat sunnah ataupun beri'tikaf. Karena hal itu sunnah, sedangkan menunaikan tugasnya adalah wajib."
Kemudian dia berkata, "Maka  diami kuburmu sebagaimana dulu kamu diami istanamu". (Dzil thabaqatul  hanabilah oleh Ibnu Rajab, I/107)
Sebagaimana orang yang ingin  mengambil upahnya penuh, dia tidak mau upahnya dipotong. Jika demikian,  maka tidak boleh pula dia menggunakan waktu kerjanya selain  menyelesaikan tugas. Allah telah mencela al Muthaffifin (orang2 yang  curang) dalam urusan takaran dan timbangan. Mereka minta hak mereka  dipenuhi tapi dengan mengurangi hak2 pihak lain. Maka Allah berfirman:
"Kecelakaan besarlah bagi orang2 yang  curang. (Yaitu) Orang2 yang apabila menerima takaran dari orang lain  mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang dari  orang lain mereka mengurangi. Tidakkah orang2 itu yakin bahwa  sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar,  (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?"(QS.Al Muthaffifin: 1-6).

Memilih Pekerja dan  Pegawai
Hal terpenting dalam memilih  pekerja dan pegawai adalah hendaknya memilih yang kuat dan dapat  dipercaya (amanah). Dengan kekuatan memungkinkan pekerja menyelesaikan  tugasnya dan dengan melihat ke-amanatan menjadikan pekerja menyelesaikan tugas untuk lepas dari kewajiban. Sebab dengan sifat amanah maka segala sesuatu diletakkan pada proporsinya, sedangkan dengan kekuatan  memungkinkan selesainya kewajiban.
Allah menceritakan tentang kisah salah satu gadis dari kedua anak perempuan  bapak dari negeri Madyan tatkala berkata pada ayahnya setelah Musa  'alaihissalam memberi minum ternak mereka "Ya bapakku,  ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, sesungguhnya yang  paling baik untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat  dipercaya". (Al Qashash:26).
Allah juga menceritakan tentang kisah Ifrit dari golongan Jin yang menyatakan kesanggupan membawa singgasana Bilqis pada Nabi Sulaiman 'alaihissalam, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu  kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku  benar2 kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".(An Naml:39).
Maknanya, sesungguhnya Ifrit  menggabungkan antara kemampuan untuk mengangkut dan mendatangkan  singgasana dan isinya dengan utuh.
Allah juga menceritakan tentang kisah Yusuf 'alaihissalam ketika berkata pada raja, "Jadikanlah aku bendaharawan negara, sesungguhnya aku  adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan"(Yusuf:55).
Lawan dari kuat dan amanah  adalah lemah dan khianat, yaitu penyebab paling utama ketidakberesan  kerja dan jadi alasan yang paling utama untuk memecat.
Umar bin Kaththab ÑÖí Çááå Úäå memilih Sa'ad bin Abi Waqqash ÑÖí Çááå Úäå  sebagai amir di Kufah. Tatkala sebagian orang yang dengki pada Sa'ad  mengadukan hal2 dusta pada Umar, maka Umar berpandangan bahwa memecat  Sa'ad lebih mashlahat demi menghindari fitnah dan supaya orang2 tidak  menganiaya Sa'ad. Tetapi ketika beliau sakit yang menyebabkan  kematiannya, Umar memilih 6 sahabat Rasulullah sebagai calon pengganti  khalifah setelahnya, sedangkan Sa'ad termasuk salah satu kandidat.  Beliau khawatir Sa'ad menyangka bahwa alasannya memecat Sa'ad dahulu  karena ketidakberesan mengatur wilayah. Maka hilanglah persangkaan itu  dengan perkataan Umar, "Jika Sa'ad terpilih menjadi pemimpin  maka dia memang layak, tetapi jika tidak maka- wahai sekalian- mintalah  bantuannya dalam dalam berbagai perkara, aku dahulu memecatnya bukan  karena dia lemah dan khianat"(HR Bukhari: 3700).
Dalam shahih Muslim (1825) dari Abu Dzar berkata, "Aku berkata,  "Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak pekerjakan aku? Maka beliau menepuk pundakku dan berkata, "Wahai Abu Dzar, kamu itu lemah, padahal pekerjaan itu sebuah amanah  dan pada hari kiamat nanti cuma akan menjadi penyesalan kecuali bagi  yang menunaikan hak dan tanggung jawabnya."
Dalam riwayat lain (1826) dari Abu Dzar bahwa Rasulullah shalallahu alaihi  wasallam berkata, "Ya Abu Dzar, menurutku kamu itu lemah,  sedangkan aku suka bagimu seperti apa yang aku inginkan bagi diriku.  Maka jangan kamu memerintah diantara dua dan jangan pula menjadi  pengurus harta anak yatim".

Pegawai Senior Teladan  dalam Kesungguhan dan Kemalasan
Jika pegawai senior mengerjakan tugasnya dengan sempurna maka ia akan  diikuti yuniornya, bahkan para petinggi akan membicarakan prestasinya.  Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Setiap  kalian adalah pemimpin dan nanti akan ditanya tentang kepemimpinannya.  Maka seorang penguasa dia menjadi pemimpin bagi rakyatnya dan dia akan  ditanya. Adapun laki2 menjadi kepala rumah dan dia akan ditanya,  sedangkan istrinya bertanggung jawab mengurus rumah dan anak2nya dan dia akan ditanya. Seorang hamba pemimpin atas harta majikannya dan dia akan ditanya. Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya." (HR.  Bukhari (2554), Muslim (1829) dari Abdullah bin Umar)
Jika para senior senantiasa konsisten sepanjang kerjanya maka akan menjadi  teladan bagi yang lain. Dikatakan oleh penyair, "Jika engkau  bolos engkau bukan lagi pemimpin suatu urusan, lenyap segala  kepemimpinannya diganti oleh yang lain"
Maknanya jika kamu memerintah  bawahanmu mengerjakan tugas, sedangkan kamu telah lebih dulu  mengerjakannya, maka mereka akan menurut segala perintahmu.

Perlakukan Orang Agar  Diperlakukan yang Sama
Nasihat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam sebagaimana Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Agama itu nasihat, dikatakan, "Untuk siapa ya  Rasulullah?"dijawab, "Untuk Allah, KitabNya, RasulNya, Pemimpin kaum muslim dan rakyatnya"(HR. Muslim (55) dari Abu Ruqayyah Tamim  bin Aus Ad Dari.
Berkata Jarir bin Abdullah Al Bajali, "Kami berbai'at pada  Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan menasehati  setiap muslim" (HR. Bukhari (57), Muslim (56)).
Setiap pekerja jika sedang butuh bantuan orang lain maka dia ingin dilayani  dengan baik. Demikian juga sebaliknya, dia juga harus melayani orang  lain dengan baik. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka  datangilah takdirnya, yaitu beriman pada Allah dan Hari Akhir. Dan  datangilah manusia sebagaimana kamu ingin didatangi olehnya".(HR. Muslim (1844) dalam hadits yang  panjang dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma). Maknanya  perlakukanlah orang sebagaimana kamu ingin jika dilayani orang itu.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidak beriman  seseorang sampai dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai  untuk dirinya". (HR. Bukhari  (13), Muslim (45) dari Anas)
Allah mencela orang yang melayani orang lain dengan buruk tetapi inginnya  dilayani sebaik2nya, sebagaimana firmanNya: "Kecelakaan  besarlah bagi orang2 yang curang. (Yaitu) Orang2 yang apabila menerima  takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka  menakar atau menimbang dari orang lain mereka mengurangi."(QS. Al Muthaffifin:1-3)
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Allah Azza wa Jalla  mengharamkan kalian mendurhakai ibu, mengubur bayi hidup2 dan sangat  membenci tiga hal: mendengarkan kabar burung, banyak bertanya, dan  menyia-nyiakan harta"(HR.  Bukhari (2408), Muslim (593) dari Mughirah bin Syu'bah)
Dalam hadits ini terkandung larangan mengumpul2 harta dan pelit, yaitu  mengambil bagiannya tetapi tidak mau membaginya untuk sesama. Allah  menyebutkan tentang penanggung anak2 yatim tentang kekhawatiran mereka  untuk meninggalkan keturunan mereka yang masih kecil. "Dan  hendaklah takut kepada Allah orang2 yang seandainya meninggalkan  dibelakang mereka anak2 yang lemah, yang mereka khawatir terhadap  (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada  Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."(QS. An Nisaa:9).
Maknanya, sebagaimana mereka  ingin mengurus keturunan mereka yang lemah dengan baik, maka begitu pula hendaknya dalam mengurus anak yatim yang mereka tanggung.

Dahulukan Antrian Paling Awal
Termasuk keadilan adalah tidak  mengakhirkan permintaan pekerja yang datang awal atau sebaliknya,  mendahulukan permintaan pekerja yang datang akhir. Hendaknya layani  kebutuhan pekerja dari sisi antrian pertama sehingga ada kelapangan bagi para pekerja dan mereka yang sedang mengajukan permintaan. Hal ini  dijelaskan dalam sunnah Rasul melalui sahabat Abu Hurairah,
"Tatkala kami dalam suatu majelis bersama Rasulullah yang  sedang berdialog dengan suatu kaum, datang seorang arab badwi sembari  berkata, "Kapankah Hari Kiamat?".
Rasulullah terus melanjutkan dialognya sampai sebagian  orang2 berkata, "Nabi dengar tetapi membenci pertanyaan tersebut".
Sebagian lain menyahut, "Bahkan sebetulnya Nabi tidak  dengar".
Sampai ketika dialog beliau selesai, beliau berkata,"Mana  yang tadi bertanya tentang kiamat?".
Dijawab, "Saya, wahai Rasulullah".
Maka Nabi berkata, "Jika sifat amanah telah disia-siakan  maka tunggulah saatnya kiamat"
Penanya berkata, "Bagaimana bisa disia-siakan?"
Maka Nabi berkata, "Jika suatu urusan  diserahkan pada yang bukan ahlinya maka tunggulah saatnya kiamat" (HR. Bukhari (59))
Dari hadits ini disimpulkan bahwa Rasulullah tidak suka untuk segera  menjawab penanya tentang Hari Kiamat kecuali setelah selesai urusannya  berdialog dengan kaum lebih dahulu datang. Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar  dalam penjelasan hadits ini, "Dari hadits ini diambil  pelajaran tentang mendahulukan yang awal. Begitu juga dalam memberi  fatwa, menetapkan hukum dan lain-lain".
Dijelaskan pada riwayat hidup Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir Ath thabari dalam Lisanul Mizanoleh Al Hafizh Ibnu Hajar, "Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari jalan Abu Ma'bad Utsman  bin Ahmad Ad Dainuri, dia  berkata, "Aku menghadiri majelis Muhammad bin Jarir. Kemudian datang seorang Menteri bernama Al Fadhl bin Ja'far bin Al Furat,  padahal dia sudah kedahuluan seseorang. Maka Ath Thabari berkata pada orang itu, "Kamu sudah membaca?".Kemudian beliau  berisyarat pada Menteri lalu berkata, "Jika sekarang  giliranmu maka tidak usah pedulikan tentang Dijlah maupun Furat".
Aku katakan, "Ini merupakan keutamaan dan kefasihan beliau yang  tidak berpaling kepada anak-anak dunia".
(Dijlah atau Tigris adl. nama  sungai di Baghdad, begitu juga Furat. Ini adalah sindiran terhadap  Menteri Al Furat-pent)

Keutamaan Sifat iffah (menjaga  kehormatan diri) dan Anti Suap Maupun Hadiah bagi Pekerja
Setiap pekerja wajib menjaga kehormatan (iffah) dan kemuliaan diri, kaya hati, serta jauh  dari sifat memakan harta manusia dengan cara batil. Hal ini contohnya  seperti sogokan (risywah) sekalipun namanya diganti, jika diambil dengan cara yang  tidak benar lagi batil maka menjadi sebab tidak terkabulnya do'a.  Diriwayatkan dalam shahih Muslim (1015) dari Abu Hurairah bahwa  Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Wahai  manusia!! Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menyukai selain  kebaikan. Allahpun memerintahkan semua muslim sebagaimana memerintahkan  para Rasul dalam firmannya, "Wahai Para Rasul sekalian, makanlah dari  yang baik-baik dan beramal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui semua yang kalian kerjakan"
Allah juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah  yang baik-baik dari rizki yang Kami berikan". Kemudian beliau menceritakan tentang  seseorang yang dari perjalanan jauh dengan rambut acak-acakan  menengadahkan tangannya ke langit sembari berkata, "Ya  Tuhanku! Ya Tuhanku!. Padahal  makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari  yang haram, dan dia tumbuh dari yang haram. Maka bagaimana mungkin  dikabulkan?"
Dalil paling jelas yang melarang kita untuk memakan harta manusia dengan cara batil sebagaimana diriwayatkan Al Bukhari dalam shahihnya (7152) dari  Jundub bin Abdullah berkata, "Sesungguhnya bau yang pertama  muncul dari seorang manusia berasal dari perutnya. Siapa yang mampu  untuk tidak memakan kecuali dari yang baik-baik maka lakukanlah. Siapa  yang mampu untuk tidak memalingkan antara dirinya dengan surga melalui  dua telapak tangan penuh berisi darah yang dia tumpahkan maka  lakukanlah".
Diriwayatkan juga dari Bukhari (2083) dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, "Akan datang suatu zaman tatkala manusia tidak peduli dengan asal harta yang  dia dapatkan apakah dari yang halal atau haram".
Bagi orang-orang ini, yang  disebut halal itu jika bisa diraih, adapun Haram adalah apa yang tidak  bisa sampai ke tangan mereka. Adapun menurut Islam, Halal itu adalah apa yang dihalalkan Allah dan RasulNya, sedangkan Haram adalah apa yang  diharamkan Allah dan RasulNya.
Diriwayatkan dalam sunnah-sunnah Rasul tentang larangan bagi para pekerja dan  pegawai untuk menerima apapun sekalipun dinamai "hadiah". Diriwayatkan  dari Abu Humaid As Sa'idi bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  pernah memperkerjakan seseorang dari Bani Asad bernama Ibnu Latbiah  untuk mengambil; sedekah. Maka tatkala kembali dari tugasnya dia  berkata, "Ini bagian untuk kalian sedangkan ini bagian yang  kuhadiahkan untukku".
Kemudian Rasulullah naik mimbar dan memuji Allah kemudian berkata, "Apa hak pegawai yang aku utus untuk berkata "Ini bagian untuk kalian  sedangkan ini bagian yang kuhadiahkan untukku". Kenapa dia tidak duduk  saja dirumah bapaknya atau ibunya sampai itu dihadiahkan ke dia atau  tidak? Demi Yang jiwa Muhammad di tanganNya! Tidaklah salah seorang  kalian mengambil sesuatu darinya kecuali akan datang hari kiamat nanti  sambil menggotong unta di lehernya sambil melenguh atau sapi sambil  melenguh atau kambing sambil mengembik. Kemudian dia mengangkat tangannya sampai terlihat ketiaknya  lalu berkata, "Ya Allah, Bukankah telah aku sampaikan? Dua  kali" (HR. Bukhari (7174), Muslim (1832) dan ini lafazh Muslim)
Dan dalam shahih Bukhari (3073) dan Muslim (1831) dari lafazh Muslim dari  Abu Hurairah berkata, "Pada suatu hari Rasulullah berdiri  diantara kami, kemudian beliau menyebutkan tentang bahaya dan keburukan  ghulul (tipu daya), dia berkata, "Akan datang salah satu dari kalian pada hari kiamat dengan membawa onta yang melenguh di pundaknya." Seseorang berkata, "Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku". Rasulullah berkata, "Aku tidak  bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah satu  dari kalian pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik di  pundaknya." Seseorang berkata, "Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku". Rasulullah berkata, "Aku tidak  bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah satu  dari kalian pada hari kiamat dengan membawa kambing yang mengembik di  pundaknya." Seseorang berkata, "Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku". Rasulullah berkata, "Aku tidak  bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah satu  dari kalian pada hari kiamat dengan membawa jiwa yang berteriak di  pundaknya." Seseorang berkata, "Ya Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku". Rasulullah berkata, "Aku tidak  bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah satu  dari kalian pada hari kiamat dengan membawa Riqa' di pundaknya." Seseorang berkata, "Ya  Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku". Rasulullah berkata, "Aku tidak  bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan. Akan datang salah satu  dari kalian pada hari kiamat dengan membawa ash-shamit di pundaknya." Seseorang berkata, "Ya  Rasulullah, mintakanlah pertolongan untukku". Rasulullah berkata, "Aku tidak  bisa menolongmu, bukankah telah aku sampaikan."
Riqa dalam hadits ini artinya  pakaian, sedangkan Ash Shamit adalah emas dan perak.
Dan aku memohon kepada Allah  Azza wa Jalla agar memberi taufik bagi para pekerja dan pegawai kaum  muslimin untuk menunaikan tugasnya dengan cara yang diridhai Allah  Tabaraka wa Ta'ala dan meraih pahala dan hasil yang baik di dunia dan  akhirat.
Shalawat, salam, dan berkah  untuk hambaNya dan RasulNya Nabi Muhammad, serta keluarga dan pengikutnya.

Dialihbahasakan oleh 
Zico Hasan pada 6 Okt. 2005 / 3 Ramadhan 1426, dari risalah karya Syaikh Abdul Muhsin  bin Hamad Al Abbad berjudul "Kaifa Yuaddi Al Muwazhzhaf Al Amanah".