Ahlan Wa Sahlan

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu,
Ahlan wa sahlan, selamat datang di blog Toko Buku An-Naajiyah. Kunjungi toko kami di jln. Bangka Raya no D3-4, Perumnas 3 Bekasi. Dapatkan discount-discountnya. Atau dapat dipesan dengan mengontak kami di +6281219112152, +622170736246, E-mail gwsantri@gmail.com, maka barang akan dikirim ketempat tujuan setelah dikurangi discount dan ditambahkan ongkos kirim yang ditanggung oleh si pemesan. Kunjungi juga toko online kami di www.tb-an-naajiyah.dinomarket.com.

Pembayaran:
1. Bank Syariah Mandiri cabang Bekasi, no 7000739248, kode ATM Bersama 451, a.n Gusti Wijaya Santri.
2. Bank Muamalat cabang Kalimas Bekasi, no 0218913136, kode ATM Bersama 147, a.n Gusti Wijaya Santri

Pengiriman pesanan menggunakan JNE/Pos Indonesia/Indah Cargo/Pahala Kencana/jasa pengiriman yang disepakati.

Semoga kehadiran toko dan blog ini dapat memberikan manfa'at untuk Saya khususnya dan semua pengunjung pada umumnya.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuhu

Banner

Rabu, 09 Februari 2011

Letak Kebahagiaan Bukan Pada Kemewahan Dunia

Hits:

Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun  banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian  menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah,  Handphone sekelas Blackberry, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya. Mereka  menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul  seperti itu? Simak tulisan berikut ini.

Kebahagiaan untuk Orang  yang Beriman dan Beramal Sholeh

Saudaraku … Orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena  hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari  Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat  kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah  orang-orang yang paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman  Allah Ta’ala berikut.

Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ  أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun  perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan  kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah  balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan  yang baik.
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ  بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan  pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.  An Nahl: 97). Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni  alam barzakh.

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ  بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً  وَلَأَجْرُ الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka  dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di  dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau  mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ  تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى  وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat  kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan  memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada  waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang  yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3).  Kedua ayat ini menjelaskan balasan di akhirat bagi orang yang beriman  dan beramal sholeh.

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا  اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ  وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ  بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh  kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS.  Az Zumar: 10)

Inilah empat tempat dalam Al Qur’an yang menjelaskan balasan bagi  orang yang beriman dan beramal sholeh. Ada dua balasan yang mereka  peroleh yaitu balasan di dunia dan balasan di akhirat. Itulah dua  kebahagiaan yang nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan bahwa mereka  lah orang yang akan berbahagia di dunia dan akhirat.

Salah Satu Bukti

Seringkali kita mendengar nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Namanya  begitu harum di tengah-tengah kaum muslimin karena pengaruh beliau dan   karyanya begitu banyak di tengah-tengah umat ini. Syaikhul Islam Ibnu  Taimiyyah, nama aslinya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali  bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau  adalah Abul ‘Abbas.

Berikut adalah cerita dari murid beliau Ibnul Qayyim mengenai  keadaannya yang penuh kesusahan, begitu juga keadaan yang penuh  kesengsaraan di dalam penjara. Namun di balik itu, beliau termasuk orang yang paling berbahagia.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

“Allah Ta’ala pasti tahu bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun  yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau, Syaikhul Islam Ibnu  Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari  kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah  Ta’ala, yaitu berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan dari  musuh-musuh beliau. Namun bersamaan dengan itu semua, aku dapati bahwa  beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya dan paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar kenikmatan hidup yang beliau rasakan. Kami  (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana  atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami  merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya  memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta  hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan  lapang, tegar, yakin dan tenang”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pun sering mengatakan berulang kali pada Ibnul Qoyyim, “Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku?  Sesungguhnya keindahan surga dan tamannya ada di hatiku.”

Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan tatkala  beliau berada di dalam penjara, padahal di dalamnya penuh dengan  kesulitan, namun beliau masih mengatakan, “Seandainya benteng ini  dipenuhi dengan emas, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatanku berada di sini.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga pernah mengatakan, “Sebenarnya  orang yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari  mengenal Allah ‘azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih terus menuruti (menawan) hawa nafsunya (pada kesesatan). ”

Bahkan dalam penjara pun, Syaikhul Islam masih sering memperbanyak  do’a agar dapat banyak bersyukur pada Allah, yaitu do’a: Allahumma  a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, aku  meminta pertolongan agar dapat berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik pada-Mu). Masih sempat di saat sujud, beliau mengucapkan do’a ini. Padahal beliau sedang dalam belenggu, namun itulah kebahagiaan yang  beliau rasakan.

Tatkala beliau masuk dalam sel penjara, hingga berada di balik  dinding, beliau mengatakan,
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ  بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ

“Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di  sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al Hadid: 13)

Itulah kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan  yang kokoh. Kenikmatan seperti ini tidaklah pernah dirasakan oleh para  raja dan juga pangeran.

Para salaf mengatakan,
لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ  المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ

“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”

Mendapatkan Surga Dunia

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Di dunia itu terdapat  surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan  memperoleh surga akhirat.”

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga  dunia adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya,  merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan  kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan  segala urusan hanya pada-Nya.

Inilah surga dunia yang dirindukan oleh  para pecinta surga akhirat.

Itulah saudaraku surga yang seharusnya engkau raih, dengan meraih  kecintaan Allah, senantiasa berharap pada-Nya, serta dibarengi dengan  rasa takut, juga selalu menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.

Penutup

Inti dari ini semua adalah letak kebahagiaan bukanlah dengan memiliki istana yang megah, mobil yang mewah, harta yang melimpah. Namun letak  kebahagiaan adalah di dalam hati, yaitu hati yang memiliki keimanan, yang selalu merasa cukup dan  selalu bersandar pada Allah Ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ , وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang  selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan memberikan kita surga  dunia yaitu dengan memiliki hati yang selalu bersandar pada-Nya.

Hati yang selalu merasa cukup itulah yang lebih utama dari harta yang begitu melimpah.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa  shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi  wa  sallam.


Sumber rujukan: Shahih Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hl. 91-96, Dar Ibnul Jauzi

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id