Ahlan Wa Sahlan

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu,
Ahlan wa sahlan, selamat datang di blog Toko Buku An-Naajiyah. Kunjungi toko kami di jln. Bangka Raya no D3-4, Perumnas 3 Bekasi. Dapatkan discount-discountnya. Atau dapat dipesan dengan mengontak kami di +6281219112152, +622170736246, E-mail gwsantri@gmail.com, maka barang akan dikirim ketempat tujuan setelah dikurangi discount dan ditambahkan ongkos kirim yang ditanggung oleh si pemesan. Kunjungi juga toko online kami di www.tb-an-naajiyah.dinomarket.com.

Pembayaran:
1. Bank Syariah Mandiri cabang Bekasi, no 7000739248, kode ATM Bersama 451, a.n Gusti Wijaya Santri.
2. Bank Muamalat cabang Kalimas Bekasi, no 0218913136, kode ATM Bersama 147, a.n Gusti Wijaya Santri

Pengiriman pesanan menggunakan JNE/Pos Indonesia/Indah Cargo/Pahala Kencana/jasa pengiriman yang disepakati.

Semoga kehadiran toko dan blog ini dapat memberikan manfa'at untuk Saya khususnya dan semua pengunjung pada umumnya.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuhu

Banner

Rabu, 09 Februari 2011

Kisah Menakjubkan Tentang Sabar dan Syukur Kepada Allah

Hits:

Bagi orang yang sering mengamati isnad hadits maka nama Abu
Qilabah bukanlah satu nama yang asing karena sering sekali ia
disebutkan dalam isnad-isnad hadits, terutama karena ia adalah seorang
perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik yang
merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu nama Abu Qilabah sering berulang-ulang seiring dengan
sering diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban dalam kitabnya
Ats-Tsiqoot menyebutkan kisah yang ajaib dan menakjubkan tentangnya
yang menunjukan akan kuatnya keimanannya kepada Allah.

Nama beliau adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarmi salah seorang dari para
ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari Al-Bashroh. Beliau
meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin
Al-Huwairits –radhiallahu 'anhuma- . Beliau wafat di negeri Syam pada
tahun 104 Hijriah pada masa kekuasaan Yazid bin Abdilmalik.

Abdullah bin Muhammad berkata, "Aku keluar menuju tepi pantai dalam
rangka untuk mengawasi (menjaga) kawasan pantai (dari kedatangan
musuh)…tatkala aku tiba di tepi pantai tiba-tiba aku telah berada di
sebuah dataran lapang di suatu tempat (di tepi pantai) dan di dataran
tersebut terdapat sebuah kemah yang di dalamnya terdapat seseorang
yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya
telah lemah serta matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun
yang bermanfaat baginya kecuali lisannya, orang itu berkata, "Ya
Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa
menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau
anugrahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas
kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan""

Abdullah bin Muhammad berkata, "Demi Allah aku akan mendatangi orang
ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan
perkataan ini, apakah ia faham dan tahu dengan apa yang diucapkannya
itu?, ataukah ucapannya itu merupakan ilham yang diberikan
kepadanya??.

Maka akupun mendatanginya lalu aku mengucapkan salam kepadanya, lalu
kukatakan kepadanya, "Aku mendengar engkau berkata "Ya Allah,
tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan
rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugrahkan
kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan
makhluk yang telah Engkau ciptakan", maka nikmat manakah yang telah
Allah anugrahkan kepadamu sehingga engkau memuji Allah atas nikmat
tersebut??, dan kelebihan apakah yang telah Allah anugrahkan kepadamu
hingga engkau menysukurinya??"

Orang itu berkata, "Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan
oleh Robku kepadaku?, demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar
kepadaku hingga membakar tubuhku atau memerintahkan gunung-gunung
untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut
untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan
tubuhku, maka tidaklah hal itu kecuali semakin membuat aku bersyukur
kepadaNya karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah
(lisan)ku ini. Namun, wahai hamba Allah, engkau telah mendatangiku
maka aku perlu bantuanmu, engkau telah melihat kondisiku. Aku tidak
mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari
gangguan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra
yang selalu melayaniku, di saat tiba waktu sholat ia mewudhukan aku,
jika aku lapar maka ia menyuapiku, jika aku haus maka ia memberikan
aku minum, namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya maka
tolonglah engkau mencari kabar tentangya –semoga Allah merahmati
engkau-". Aku berkata, "Demi Allah tidaklah seseorang berjalan
menunaikan keperluan seorang saudaranya yang ia memperoleh pahala yang
sangat besar di sisi Allah, lantas pahalanya lebih besar dari
seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang
yang seperti engkau". Maka akupun berjalan mencari putra orang
tersebut hingga tidak jauh dari situ aku sampai di suatu gudukan
pasir, tiba-tiba aku mendapati putra orang tersebut telah diterkam dan
di makan oleh binatang buas, akupun mengucapkan inna lillah wa inna
ilaihi roji'uun. Aku berkata, "Bagaimana aku mengabarkan hal ini
kepada orang tersebut??". Dan tatkala aku tengah kembali menuju orang
tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam.
Tatkala aku menemui orang tersbut maka akupun mengucapkan salam
kepadanya lalu ia menjawab salamku dan berkata, "Bukankah engkau
adalah orang yang tadi menemuiku?", aku berkata, "Benar". Ia berkata,
"Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?". Akupun
berkata kepadanya, "Engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi
Ayyub ‘alaihissalam?", ia berkata, "Tentu Nabi Ayyub ‘alaihissalam ",
aku berkata, "Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada
Nabi Ayyub?, bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya,
keluarganya, serta anaknya?", orang itu berkata, "Tentu aku tahu". Aku
berkata, "Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?", ia
berkata, "Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah". Aku
berkata, "Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan
sahabat-sahabatnya", ia berkata, "Benar". Aku berkata, "Bagaimanakah
sikapnya?", ia berkata, "Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah". Aku
berkata, "Tidak hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan
dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau akan hal
itu?", ia berkata, "Iya", aku berkata, "Bagaimanakah sikap nabi
Ayyub?", ia berkata, "Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah,
lagsung saja jelaskan maksudmu –semoga Allah merahmatimu-!!". Aku
berkata, "Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan
pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas,
semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau".
Orang itu berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan
bagiku keturunan yang bermaksiat kepadaNya lalu Ia menyiksanya dengan
api neraka", kemudian ia berkata, "Inna lillah wa inna ilaihi
roji'uun", lalu ia menarik nafas yang panjang lalu meninggal dunia.
Aku berkata, "Inna lillah wa inna ilaihi roji'uun", besar musibahku,
orang seperti ini jika aku biarkan begitu saja maka akan dimakan oleh
binatang buas, dan jika aku hanya duduk maka aku tidak bisa melakukan
apa-apa[1]. Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di
tubuhnya dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba
datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku "Wahai Abdullah, ada
apa denganmu?, apa yang telah terjadi?". Maka akupun menceritakan
kepada mereka apa yang telah aku alami. Lalu  mereka berkata, "Bukalah
wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!", maka akupun membuka
wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua
tangannya, lalu mereka berkata, "Demi Allah, matanya selalu tunduk
dari melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, demi Allah tubuhnya
selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur!!". Aku bertanya
kepada mereka, "Siapakah orang ini –semoga Allah merahmati kalian-?",
mereka berkata, Abu Qilabah Al-Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas, ia sangat
cinta kepada Allah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
kamipun memandikannya dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai,
lalu kami menyolatinya dan menguburkannya, lalu merekapun berpaling
dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di kawasan perbatasan. Tatkala
tiba malam hari akupun tidur dan aku melihat di dalam mimpi ia berada
di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga
sambil membaca firman Allah
}سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ{ (الرعد:24)

"Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga) karena
kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (QS.
13:24)

Lalu aku berkata kepadanya, "Bukankah engkau adalah orang yang aku
temui?", ia berkata, "Benar", aku berkata, "Bagaimana engkau bisa
memperoleh ini semua", ia berkata, "Sesungguhnya Allah menyediakan
derajat-derajat kemuliaan yang tinggi yang tidak bisa diperoleh
kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa dengan bencana, dan rasa
syukur tatkala dalam keadaan lapang dan tentram bersama dengan rasa
takut kepada Allah baik dalam keadaan bersendirian maupun dalam
kaeadaan di depan khalayak ramai"

---------------------
[1] Hal ini karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian
manusia, dan kemungkinan Abdullah tidak membawa peralatan untuk
menguburkan orang tersebut, sehingga jika ia hendak pergi mencari alat
untuk menguburkan orang tersebut maka bisa saja datang binatang buas
memakannya, Wallahu a'lam

http://www.firanda.com/index.php/artikel/6-sirah/15-kisah-menakjubkan-tentang-sabar-dan-syukur-kepada-allah