Ahlan Wa Sahlan

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu,
Ahlan wa sahlan, selamat datang di blog Toko Buku An-Naajiyah. Kunjungi toko kami di jln. Bangka Raya no D3-4, Perumnas 3 Bekasi. Dapatkan discount-discountnya. Atau dapat dipesan dengan mengontak kami di +6281219112152, +622170736246, E-mail gwsantri@gmail.com, maka barang akan dikirim ketempat tujuan setelah dikurangi discount dan ditambahkan ongkos kirim yang ditanggung oleh si pemesan. Kunjungi juga toko online kami di www.tb-an-naajiyah.dinomarket.com.

Pembayaran:
1. Bank Syariah Mandiri cabang Bekasi, no 7000739248, kode ATM Bersama 451, a.n Gusti Wijaya Santri.
2. Bank Muamalat cabang Kalimas Bekasi, no 0218913136, kode ATM Bersama 147, a.n Gusti Wijaya Santri

Pengiriman pesanan menggunakan JNE/Pos Indonesia/Indah Cargo/Pahala Kencana/jasa pengiriman yang disepakati.

Semoga kehadiran toko dan blog ini dapat memberikan manfa'at untuk Saya khususnya dan semua pengunjung pada umumnya.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuhu

Banner

Senin, 21 Maret 2011

Di Tepi Jalan Kota

Hits:

Malam telah memeluk hari. Tapi aku tak jua beranjak dari tempat nongkrongku bersama teman-teman di trotoar jalan kota. Menenteng gitar, bernyanyi meski suara fals, menghibur sesama teman nongkrong. Tak peduli tatapan lalu lalang orang yang merasa terganggu atau tak nyaman dengan tingkah kami. Meski tidak jarang pula, orang tersenyum dengan ulah kami.

Adzan yang terdengar dari atap-atap masjid seperti angin lalu bagiku dan teman-teman. Terkadang rasa takut mati dan bayang-bayang neraka terlintas di benakku. Tetapi ketakutan itu hanya sesaat, berlalu bersama kesenangan dan tawa bersama teman-teman. Bersama mereka aku tidak pernah takut atau berpikir tentang mati.

Bukannya aku tidak pernah shalat. Aku selalu rajin melakukannya di depan kedua orang tuaku. Di rumah, kedua orang tuaku sangat keras menerapkan agama. Mereka sangat "rewel" bila anak-anak malas untuk segera berwudhu bila adzan tiba. Tapi saat kost begini, mana ada yang memarahiku. Awalnya memang berat dan sayang meninggalkan shalat. Tapi begitulah, teman gaulku di kampus bukan orang yang peduli pada agama. Tadarus tak pernah bahkan hafalan al-Qur'anku yang tak seberapa ikut melayang. Meski ku ingat bila aku shalat, teman-teman akan meledekku, "sejak kapan kamu insyaf?" Atau sindiran-sindiran senada lainnya.

Selain nongkrong, hari-hariku penuh dengan musik. Dimana aku berada tak pernah lepas dari musik, musik, dan musik. Ada konser artis terkenal jangan harap aku lewatkan. Yang tiket aku peroleh dari pinjaman, dibayarkan teman yang mau berbaik hati atau menjual barang-barangku pada sesama teman. Atau aku manfaatkan pacarku yang tak cuma satu, dengan alasan ini itu, hinggah mereka rela merogoh kocek untukku. Soal tampang dan fisik, jangan tanya dech, artis Dude Herlino, Anjasmara atau Rafi Ahmad semua lewat. Otakku pun terbilang encer. terbukti IP-ku bagus, prestasi di kampus lumayan, aku pun jadi ketua klub bahasa Inggris di kampus. Soal cewek, aku tak perlu mencari, sebab mereka yang mencariku...

Sebagai anak band, lengkap sudah kelebihanku. Sering manggung dan menjadi terkenal makin membuatku lupa diri. Di tengah lupa diriku, diantara teman-teman nongkrong hanya aku satu-satunya yang tak merokok atau yang menyentuh minuman keras. Tapi itu bukan berarti aku bersih dari dua barang itu. Aku pernah "berlatih" menjadi penikmatnya. Tapi tak pernah berhasil. Baru menghisap sekali sudah batuk-batuk, dadaku sesak dan kepala serasa berputar. Padahal itu baru sekali isapan, belum habis sebatang. Pun saat "latihan" minum, baru mencicip sedikit sudah terasa pahit dan panas di mulut. Aku berkali-kali menyemburkannya ke luar. Meludah tak henti-henti. sebab itu teman-teman menjulukiku banci.

Begitulah, selama hampir tujuh semester, hidupku di rantau begitu glamor dan merdeka. Uang, aku bisa mencari sendiri dari panggung ke panggung. Atau sesekali aku menemani "penggemarku" jalan-jalan. Hanya jalan-jalan, tapi uang yang kudapat sungguh luar biasa. Sekali jalan, paling sedikit aku dapat tips atau uang terima kasih dari wanita-wanita penggemarku antara 1 - 5 juta. Pernah aku diberi 10 juta tunai!!

Night club dan hotel menjadi langganan manggung band-ku. dan itu kian membuat aku dan teman-teman lain makin masuk ke lubang hitam. Rawan iming-iming pesona dunia, materi juga wanita. Kadang batin terdalamku berontak, ingin beranjak, tapi sekali lagi dunia melenakanku.

Seperti malam inikami baru saja lepas manggung pukul satu dini hari. Minuman keras tercium dari mulut beberapa teman. Entahlah tiba-tiba aku begitu benci melihat mereka, sikap dan perbuatan mereka. Tiba-tiba aku merasa malu, berada diantara tukang mabuk yang begitu dipuja. Apa lebihnya? hatiku benar-benar gelisah sepanjang perjalanan pulang.

"Brakk!!!" benturan keras diiringi derit rem yang diinjak keras dan gesekan benda-benda yang memekakan telinga. Tahu-tahu aku telah berdiri di luar mobil. Limbung, bingung dan gemetar. Rupanya aku terpental ke luar dari mobil dengan tubuh penuh darah. dalam kondisi bingung kudekati mobil rombongan band-ku yang terbalik.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun"...aku mengingat Allah. Kusebut asma Allah berkali-kali, diantara teriakan panikku memanggil teman-teman yang sekarat. Beberapa menyahut pelan. Tapi tidak dengan Bay...Kulihat sekujur tubuhnya berlumur darah, dan ia benar-benar sekarat. tapi yang keluar dari mulutnya sungguh mengerikan. Mulutnya tidak menyebut asma Allah, tapi justru ia menyanyikan lagu dari sebuah lagu band ternama. Ia juga berteriak, "Ambilkan gitar, ambilkan gitar" sampai nyawa terlepas dari tubuhnya. Aku bergidik dan gemetar dengan hebatnya. Usahaku menuntunnya tidak berhasil. Aku berlari menjauh dari mobil sambil menangis histeris. Tanpa aku sadari, justru aku berlari ke arah mobil lain yang bertabrakan dengan kami. Kondisinya jauh lebih ringset.

Subhanallah, keadaan di sana sungguh membuatku takjub. Kaset murottal masih terdengar dari tape mobil yang menyala. Dua laki-laki penumpangnya aku yakin dalam keadaan pingsan. Sebab saat aku panggil tak ada sahutan. Yang luar biasa sesekali kudengar rintihan menyebut asma Allah dan bacaan surat al-Qur'an. Lain dengan Bay...Aku menangis sesenggukan sambil memberi pertolongan sebisaku. Alhamdulillah, akhirnya pertolongan datang dari mobil-mobil yang kbetulan lewat.

Sebulan sejak peristiwa itu, aku tak bisa tidur. Terbayang dua peristiwa yang kontras, juga aku yang terlempar ke luar mobil. Allah sengaja menyelamatkanku untuk menyaksikan dua kejadian disaat bersama-sama. Dan hal itu mengguncang jiwa dan batinku. Bisa saja akhir hidupku seperti Bay atau seperti dua laki-laki itu. Batas tipis, hidup dan mati ada di depanku. Kejadian itu membuatku terbalik 180 derajat. Aku tinggalkan band-ku dan semua kegiatan burukku. Aku menjelma menjadi manusia baru sejak lima tahun lalu. Dan itu bermula dari kejadian di tepi jalan kota dan atas hidayah Allah semata. (Ummu Faruq)


(Disalin ulang oleh Abu Muhammad dari majalah Sakinah volume 9, No. 11, Shafar - Rabiul Awal 1432H/15 Februari - 15 Maret 2011)